7 Masjid Bersejarah Di Indonesia

Islam datang ke indonesia banyak meninggalkan sejarah yang masih berdiri kokoh, diantaranya adalah masjid. Berikut 7 Masjid Bersejarah Di Indonesia :
  • Masjid Agung Banten

Masjid Agung Banten berusia 463 tahun yang di bangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570) adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan nilai sejarah. Setiap harinya masjid ini ramai dikunjungi para peziarah yang datang tidak hanya dari Banten dan Jawa Barat, tapi juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Masjid ini dikenali dari bentuk menaranya yang sangat mirip dengan bentuk sebuah bangunan mercusuar.

Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda China yang juga merupakan karya arsitek Cina yang bernama Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama. Di masjid ini juga terdapat kompleks pemakaman sultan-sultan Banten serta keluarganya. Yaitu makam Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar. Sementara di sisi utara serambi selatan terdapat makam Sultan Maulana Muhammad dan Sultan Zainul Abidin, dan lainnya. Masjid Agung Banten juga memiliki paviliun tambahan yang terletak di sisi selatan bangunan inti Masjid ini. Paviliun dua lantai ini dinamakan Tiyamah. Berbentuk persegi panjang dengan gaya arsitektur Belanda kuno, bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Hendick Lucasz Cardeel.
  • Masjid Raya Baiturrahman


Masjid Raya Baiturrahman di bangun oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun1612 di pusat kota Banda Aceh. Masjid indah ini di warnai dengan warna putih dan kubah hitam menjadi estetika yang sangat indah. Masjid ini memiliki 7 kubah dan di depan masjid terdapat kolam besar dengan air pancur di tengah kolam. Pada tanggal 10 April 1873 masjid di bakar oleh penjajah belanda, namun pada tahun 1877 Masjid Raya Baiturrahman di bangun kembali oleh belanda untuk meredam amarah masyarakat Aceh. Sebelum Masjid Raya Baiturrahman di bakar, masjid ini hanya memiliki 1 kubah saja, dan kolam di depan tidak ada, melainkan pohon besar untuk mempersejuk suasana masjid ini.
Pada tanggal 26 Desember 2014, masjid ini menjadi saksi bisu bencana terdaysat pada abat 21, yakni tsunami. Walau gelomabang tsunami menerjang kota Banda Aceh, masjid ini tidak terkena gelombang tersebut. Masjid Raya Baiturrahman menjadi tempat wisata religi di Aceh. Bahkan sebagian artis mancanegara dan internasional juga pernah berkunjung ke masjid ini. Sekarang masjid ini lagi di buat payung di halaman masjid seperti Masjid Al-Haram.
  • Masjid Sunan Giri

Masjid Sunan Giri terletak di sebelah Makam Sunan Giri, melewati lintasan di samping tanah terbuka yang di atasnya terdapat makam-makam lawas. Gerbang masuk ke dalam area Masjid Sunan Giri, yang mengingatkan pada bentuk meru atau gunungan. Masjid Sunan Giri pun ternyata menyerap pengaruh kebudayaan Jawa dalam membangun kompleks masjid ini. Masjid Sunan Giri didirikan pada 1544 atas prakarsa cucu Sunan Giri yajni Nyi Ageng Kabunan, lantaran setelah Sunan Giri meninggal pada 1506 banyak para peziarah berdatangan ke Makam Sunan Giri, dan para pengikutnya pun berpindah tempat dan tinggal di sekitar Bukit Giri, agar lebih dekat ke makam Sang Sunan.

  • Masjid Sultan Suriansyah

Masjid Sultan Suriansyah atau Masjid Kuin adalah sebuah masjid bersejarah di Kota Banjarmasin yang merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah pada tahun (1526-1550), Raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Masjid Kuin merupakan salah satu dari tiga masjid tertua yang ada di kota Banjarmasin pada masa Mufti Jamaluddin (Mufti Banjarmasin). 
Pola ruang pada Masjid Sultan Suriansyah merupakan pola ruang dari arsitektur Masjid Agung Demak yang dibawa bersamaan dengan masuknya agama Islam ke daerah ini oleh Khatib Dayan. Arsitektur mesjid Agung Demak sendiri dipengaruhi oleh arsitektur Jawa Kuno pada masa kerajaan Hindu. Identifikasi pengaruh arsitektur tersebut tampil pada tiga aspek pokok dari arsitektur Jawa Hindu yang dipenuhi oleh masjid tersebut. Tiga aspek tersebut : atap meru, ruang keramat (cella) dan tiang guru yang melingkupi ruang cella.
  • Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Konon, masjid ini adalah masjid tertua di Cirebon, yaitu dibangun sekitar tahun 1480 M atau semasa dengan Wali Songo menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Nama masjid ini diambil dari kata "sang" yang bermakna keagungan, "cipta" yang berarti dibangun, dan "rasa" yang berarti digunakan. Menurut tradisi, pembangunan masjid ini dikabarkan melibatkan sekitar lima ratus orang yang didatangkan dari Majapahit, Demak, dan Cirebon sendiri. Dalam pembangunannya, Sunan Gunung Jati menunjuk Sunan Kalijaga sebagai arsiteknya. Selain itu, Sunan Gunung Jati juga memboyong Raden Sepat, arsitek Majapahit yang menjadi tawanan perang Demak-Majapahit, untuk membantu Sunan Kalijaga merancang bangunan masjid tersebut.
Kekhasan masjid ini antara lain terletak pada atapnya yang tidak memiliki kemuncak atap sebagaimana yang lazim ditemui pada atap masjid-masjid di Pulau Jawa. Masjid ini terdiri dari dua ruangan, yaitu beranda dan ruangan utama.
  • Masjid Agung Demak

Masjid ini dipercayai pernah menjadi tempat berkumpulnya para ulama yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa yang disebut dengan Walisongo. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak sekitar abad ke-15 Masehi.
Masjid ini mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru. Salah satu dari tiang utama tersebut konon berasal dari serpihan-serpihan kayu, sehingga dinamai saka tatal. Bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. Atapnya berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut Saka Majapahit. Atap limas Masjid terdiri dari tiga bagian yang menggambarkan ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan. Di Masjid ini juga terdapat “Pintu Bledeg”, mengandung candra sengkala, yang dapat dibaca Naga Mulat Salira Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
  • Masjid Sunan Ampel

Masjid Ampel didirikan pada tahun 1421 oleh Raden Mohammad Ali Rahmatullah alias Sunan Ampel dengan dibantu kedua sahabat karibnya, Mbah Sholeh dan Mbah Sonhaji, dan para santrinya.3 Di atas sebidang tanah di Desa Ampel (sekarang Kelurahan Ampel) Kecamatan Semampir sekitar 2 kilometer ke arah Timur Jembatan Merah, Sunan Ampel selain mendirikan Masjid Ampel, juga mendirikan Pondok Pesantren Ampel. Masjid Sunan Ampel yang dibangun dengan gaya arsitektur Jawa kuno dan nuansa Arab Islami. Masjid ini masih dipengaruhi dengan alkuturisasi dari budaya lokal dan Hindu-Budha lewat arsitektur bangunannya. Di masjid inilah saat itu sebagai tempat berkumpulnya para ulama dan wali dari berbagai daerah di Jawa untuk membicarakan ajaran Islam sekaligus membahas metode penyebarannya di Pulau Jawa.

Sumber :
  • On The Spot Trans 7
  • Wikipedia Bahasa Indonesia
  • Blog Aroengbinang
  • Blog Sejarah Peradaban Islam

0 Response to "7 Masjid Bersejarah Di Indonesia"

Post a Comment